oleh

Gerakan Hejo benahi lingkungan

Peringatan hari kebangkitan nasional 20 Mei 2017 di Alam Santosa, Pasir Impun Kabupaten Bandung hari ini berdimensi luas, dalam arti. Hari ini pada tahun 2010 Dewan Kasepuhan Masyarakat Adat Jawa Barat yang kini bernama BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar, dilahirkan di Paseban – Akur Cigugur, Kuningan Jawa Barat.

Sejak tahun 2010 itu, kini sudah ada sedikitnya tergabung 20 Kampung Adat (kasepuhan) di Jawa Barat mulai dari Sinaresmi, Cinta Mulya, Cipta gelar di Kab. Sukabumi ; Kuta Kab. Ciamis; Cibodas Kab. Garut; Sanaga Kab. Tasikmalaya; Ciela Kab. Garut; Cikandang Kab. Garut; Dukuh Kab. Ciamis; Cireundeu Kota Cimahi dan lainnya. “Keberadaan warga yang tinggal di Kampung Adat ini, hingga kini masih mengalami ketimpangan dalam hak sipilnya, khususnya hak ulayat. Ini kami perjuangkan melalui BOMA Jabar. Padahal, merekalah penjaga marwah budaya asali bangsa Indonesia. Ironis, keberadaannya, dalam banyak hal masih terpuruk. Hari ini kami bangkit, demi memunculkan hak-hak yang selama ini terbenam,” papar Eka Santosa selaku Sekjen (Duta Sawala) BOMA Jabar .

Selanjutnya pada hari ini pula dalam peringatan yang bertema “Bangkit Bela Pancasila Demi Keutuhan NKRI”, sangat penting mengingatkan kita :”NKRI sedang dalam keadaan nestapa. Ia digoncang kiri-kanan oleh banyak kepentingan. Saatnya kita harus bangkit dan luruskan lagi, Pancasila itu harga mati”, lanjut Eka Santosa yang juga sebagai Ketua Umum Gerakan Hejo – “Gerakan Hejo melalui matra ekonomi, ekologi, dan ekonomi, sejak 2016 melalui motivator sesepuh Jabar Solihin GP, berupaya berpartisipasi menata ulang kerusakan lingkungan di tanah Sunda. Jabar harus hijau kembali.”

Saatnya hari ini BOMA Jabar dan Gerakan Hejo bersama Solihin GP dan Ridwan Kamil, Walikota Bandung yang digadang-gadang berniat kuat maju ke Pilgub Jabar, disertai puluhan elemen masyrakat di Jabar, bersepakat:”Kembali kita jadikan Provinsi Jawa Barat sebagai benteng Pancasila,” lagi menurut Eka disela-sela gempungan para Olot (pemuka Adat) Jawa Barat yang membahas Pergerakan Rakyat Semesta dalam kaitan menyongsong kelahiran pemimpin Jawa Barat yang akan datang.

Olot Ugis Suganda (65) dari Kasepuhan Adat Sinaresmi dalam kesempatan gempungan ini, menyatakan:”Pemimpin Jabar masa depan yang peduli pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penyadaran lingkungan hidup yang tuntas, jangan sekedar ditunggu tetapi harus dilahirkan dari ajang ini.”

Lainnya, Jajang Sanaga (46) dari Kasepuhan Adat Sanaga, menyatakan:”Negara kita ini sedang sakit keras, kalau menurut kami. Masanya, untuk ditengok dan diberi obat mujarab, biar cepat sembuh. Pemahaman dan pengamalan pancasila yang konsisten, itu salah satu obatnya.”

Nuansa upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017 kali ini dilakukan ala masyarakat adat yang khas. Tata upacara sendiri dengan segala pernak-perniknya, semua serba “apa adanya”. Contohnya, hampir semua peserta upacara cukup bertelanjang kaki. Sejatinya, tiada gladi resik sebelum upacara ini berlangsung:”Unik upacara ini, tak seperti biasa yang dilakukan para pelajar atau mahasiswa, apalagi tak seperti upacara militer. Tapi esensinya, masih dapat kita rasakan – bela Pancasila dan NKRI,” seru Putriani (23) mahasiswa salah satu PTN yang sengaja hadir menyaksikan kegiatan ini.

Seusai upacara ini, siangnya Ridwan Kamil akan hadir menyaksikan gempungan dari BOMA Jabar, Gerakan Hejo dan elemen masyarakat lainnya , dengan ancar-ancar diskusi Mencari Sosok Pemimpin Jawa Barat. “Kami inginkan pasangan pimpinan yang serasi. Lanjutkan Kang Emil dan Kang Eka. Satunya bisa saja berorientasi urban, satunya lagi rural. Ini cocok untuk jabar masa datang. Initnya harus clean and capable itu”, seru beberapa peserta gempungan.