oleh

Luhut Tantang ITB Ciptakan Teknologi Penataan Sungai Citarum

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan menantang ITB untuk menciptakan teknologi bagi Penataan Sungai Citarum.
Menurut Luhut seharusnya ITB mampu menciptakan Teknologi untuk menata Sungai Citarum  sebagai sumber kehidupan masyarakat, karena teknologi tersebut bisa dibuat oleh anak berusia 23 tahun dari Belanda, ungkapnya pada acara “Lokakarya Penataan Sungai Citarum”, di Hotel Aryaduta Bandung, Rabu (22/11/2017).
Lokakarya  dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari berbagai unsur pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta lembaga pemerintah lainnya seperti TNI-Polri hingga masyarakat pegiat Citarum dan para pimpinan perusahaan yang beroperasi di sekitar Sungai Citarum.
Sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat dengan panjang 269 km, Sungai Citarum juga merupakan penopang kehidupan dan perekonomian masyarakat di sekitarnya.
Bahkan terdapat lebih dari 27 juta jiwa di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta menjadikan Sungai Citarum sebagai salah satu sumber kehidupan masyarakat.
“Sungai ini mengairi lahan persawahan lebih dari 400 ribu hektar, di bendung 3 kali (Cirata, Saguling, dan Jatiluhur) dan mampu menghasilkan listrik sebesar 1400 MW dari 3 pembangkit listriknya, serta memasok 80% air minum bagi penduduk Jakarta,” kata Menko Luhut.
Ironisnya, sungai Citarum ini juga menjadi salah satu dari 10 sungai terkotor di dunia. Setidaknya berdasarkan data yang diperoleh pemerintah terdapat 1.500 ton sampah domestik dibuang ke Sungai Citarum secara tidak terkontrol. Belum lagi limbah industri yang terbuang ke sungai Citarum.
Menko Luhut mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan sungai Citarum, pemerintah telah menggelontorkan anggaran yang begitu besar melalui berbagai program yang dilakukan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Namun hal itu belum juga membuahkan hasil dalam menyelesaikan permasalahan sampah dan limbah di sungai Citarum.
“Hasil kajian dan survei tim kami menunjukkan bahwa permasalahan umum yang terjadi berkaitan dengan Sungai Citarum adalah penurunan kualitas air dan lingkungan di wilayah Sungai Citarum. Akibat dari tidak terkontrolnya pembuangan limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian/peternakan/ perikanan budidaya, banjir di musim hujan dan konflik air untuk irigasi persawahan di musim kemarau serta penurunan muka air tanah akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan,” ungkapnya.
Menko Luhut menambahkan, jika ada yang bertanya kenapa Menko Maritim ikut mengurus pengendalian sampah di Sungai Citarum?
Maka jawabannya adalah Indonesia berada dalam masalah darurat sampah. Pasalnya, dalam salah satu publikasi ilmiah menyebutkan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah plastik di laut terbesar ke-2 di dunia setelah China.
“Untuk diketahui, sumber sampah tersebut 80% berasal dari darat. Pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik di laut hingga 70% pada tahun 2025. Maka kita perlu melakukan sejumlah aksi untuk mencapai komitmen tersebut,” terangnya.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan  dalam kesempatan tersebut menegaskan perlunya  koordinasi penataan Sungai Citarum  lebih terintegrasi.
“Saya sebut (Menko Luhut) sebagai komandan, karena memang untuk mengurusi Citarum perlu komandan yang handal menyelesaikan masalah,” urai Gubernur Jabar Aher yang menyebut bahwa koordinasi oleh Kemenko Maritim kali ini adalah yang terlengkap. Kementerian yang terlibat pun mencakup Kementerian LHK, Kemenperin, dan Kementerian PUPR.
Sedangkan  Pangdam III Siliwangi, Mayjen Doni Monardo , mengatakan pentingnya menjaga kualitas air di DAS Citarum. “Saya tekankan di sini adalah kata Melindungi Sungai Citarum”.
Karena melindungi itu berarti menjaga Sungai Citarum, dengan menggunakan hati,ungkapnya. Pangdam juga mengutarakan bahwa pihaknya baru saja mengumpulkan aktivis lingkungan hidup di Kota Bandung guna menjaga kelestarian alam, khususnya Sungai Citarum, pungkas Pangdam.

Deetje

 

 

Komentar

News Feed