Media Xpresi !
Kepala Disbudpar Kota Bandung Dewi Kaniasari, menegaskan perlunya memperbanyak inbound tourism ke Kota Bandung ketimbang outbound tourism.
Setelah dibukanya Bandara Internasional Kertajati, maka Kota Bandung harus segera mengantisipasi mempersiapkan atraksi wisata atau paket-paket wisata yang bisa dijual kepada wisatawan domestik maupun mancanegara, ungkap Kenny , sapaan Kadisbudpar Kota Bandung pada acara Soft Launching Bandung Creative Belt, yang berlangsung di Aula Serbaguna C59, Jalan.Cigadung Timur Bandung, Kamis (28/6/2018).
Di Kota Bandung harus lebih diperbanyak Paket Wisata Inbound yang dijual oleh Travel atau Biro Perjalanan Wisata, bukan sebaliknya menjual outbound untuk mengajak warga Bandung pergi ke luar negri, kata Kenny.
Upaya Disbudpar Kota Bandung meningkatkan inbound tourism, adalah melakukan diversifikasi, yaitu penyusunan pola-pola wisata yang nantinya bisa menjadi referensi bagi para Tour Operator yang tergabung di ASITA.
Kenny berharap Tour Operator tidak hanya menjual paket “mainstream”, seperti Cihampelas, Museum KAA, atau Gedung Sate saja, melainkan ada tempat yang menarik seperti Kawasan Cigadung yang memiliki industri kaos berskala Internasional C59, Batik Komar, Dago Golf, serta tempat kuliner Wale ( warung Lela) yang sudah cukup terkenal untuk wisatawan domestik.
Program Disbudpar selanjutnya adalah menggali potensi wisata Kota Bandung yang berada di Kecamatan-Kecamatan, selain yang sudah terkenal di Cigadung, pungkas Kenny.
Dalam kesempatan tersebut Pemilik C59 ,Marius Widyarto atau biasa dipanggil ‘Wiwied’ , mengapresiasi kedatangan rombongan Disbudpar Kota Bandung ke C59. Wiewid memaparkan perjuangan membesarkan C59 hingga menjadi industri kaos terkenal.
Marius Widyarto merintis usaha kaus C59 dari tahun 1980 dan mengembangkan kaus C59 menjadi PT. Caladi Lima Sembilan pada tahun 1993.
Nama besar C59 berasal dari sebuah rumah di Jalan Caladi 59 Bandung Kesuksesan C59 adalah usaha Marius Widyarto yang memulai usahanya dalam bidang pembuatan kaus pada tanggal 12 Oktober 1980.
Saat itu pengerjaan kaus pun masih dilakukan secara manual, tetapi dalam jangka waktu yang singkat C59 dapat meningkatkan usahanya dengan menunjukan keunggulan produk dari mulai bahannya,jenis sablon dan teknik pembuatan kaus.
Setelah itu Marius Widyarto mendapat kucuran dana dari sebuah bank swasta dan digunakan untuk mengokohkan nama C59. Pada Tahun 1990 Wiwied berhasil mendirikan sebuah pabrik untuk C59 yang berada dijalan Cigadung Permai.
Keberhasilannya dikarenakan selalu ingin beda dalam menghasilkan sesuatu.
Wiewied mengatakan , perlunya membiasakan “berbeda itu keren, different itu harus”, jangan alergi dengan perbedaan, pungkasnya.
Deetje