Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat (Foto By Deetje)
Mediaxpresi.com|BANDUNG – Inisiasi PWI Jawa Barat untuk mendirikan Museum Pers di Kota Bandung mendapat respon positif dan dukungan dari sejumlah pihak. Khususnya dari sejumlah tokoh pers, praktisi museum dan pemerintah daerah.
Dukungan dan respon positif terlihat saat PWI Jawa Barat menggelar seminar sekaligus Soft Launching, Museum Pers Jawa Barat di Aula PWI Jabar, Jalan Wartawan, Kota Bandung, Senin (24/2/2025).
Museum Pers Jawa Barat yang akan didirikan di Kota Bandung, tepatnya di kawasan Jalan Asia-Afrika ini, dibangun bukan hanya sebagai tempat untuk melihat jejak dan sejarah pers tapi juga harus menjadi ruang publik yang representatif.
Menjadi wahana bagi masyarakat dalam mengekspresikan kebebasan berpendapat.
Gagasan untuk mendirikan Museum Pers Jawa Barat bukanlah suatu hal yang baru.
Ide ini diketahui sudah muncul sejak awal tahun 90-an.
Namun, inisiasi untuk mewujudkan pembangunan kembali menguat lewat Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat yang bertekad merealisasikan dan menunjuk Pokja PWI Kota Bandung menjadi bagian dalam pelaksana teknis atau pengelola museum pers nantinya.
Melalui Seminar dan Soft Launching Museum Pers Jawa Barat, jadi salah satu tekad PWI Jawa Barat dan tokoh serta praktisi pers dalam mengaktualisasikan sebuah ide menjadi langkah nyata mewujudkan didirikannya Museum Pers Jawa Barat.
Respon positif dan dukungan ini semakin membuat PWI Jawa Barat optimis bisa merealisasikan pembangunan Museum Pers. Seperti cerminan semangat awal pendirian pers di Jawa Barat dalam menggelorakan pergerakan nasional turut serta mengambil peran dalam memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan.
Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat menyadari mendirikan sebuah bangunan museum dengan segala nilai, cerita dan sejarah yang terkandung di dalamnya bukan perkara yang mudah.
Namun dirinya merasa optimis bisa mewujudkan hal tersebut setelah mendapatkan dukungan dari semua pihak.
“Setelah mendengar materi dan penjelasan yang menarik dari para narasumber seminar kali ini, saya optimis museum pers Jawa Barat ini akan terwujud,” ucap Hilman.
Sedang, Ketua Pokja PWI Kota Bandung Zaenal Ihsan menegaskan bahwa pihaknya sangat mendukung gagasan dan ide besar dari PWI Jawa Barat dalam rencana pendirian Museum Pers Jawa Barat.
“Ekosistem pers banyak terlahir di tanah Jawa Barat, seperti halnya Surat Kabar Medan Prijaji, De Expres ataupun Sipatahoenan. Karenanya, dengan adanya inisiasi Ketua PWI Jawa Barat dalam mendirikan Museum Pers Jawa Barat maka sepatutnya Pokja PWI Kota Bandung bisa menerjemahkan gagasan besar itu melalui real action.
Setelah menggelar seminar selanjutnya kita akan gelar pula Focus Group Discussion yang akan membahas secara detail teknis ataupun cara pengelolaan kemuseuman. Semoga saja rencana baik ini diberikan kelancaran dan kemudahan,” harap Ihsan.
Pandangan Tokoh dan Praktisi Soal Pembangunan Museum Pers Jawa Barat
Respon positif dan dukungan untuk mendirikan Museum Pers Jawa Barat disampaikan oleh Ahli Pers, Noe Firman.
Menurutnya, rencana ini bisa menjadi salah satu yang menandakan bahwa teman-teman praktisi pers dan organisasi pers Jawa Barat memiliki kesadaran tinggi, bahwa Jawa Barat merupakan bagian dari sejarah pers nasional.
Dirinya berpesan, agar museum pers yang akan didirikan di Kota Bandung ini bukan hanya tentang bagaimana mengoleksi dan menampilkan benda-benda dan cerita sejarah kiprah media di masa lalu saja.
Tapi harus bisa menjadi tempat untuk selalu menghidupkan semangat kemerdekaan dan kebebasan pers di tanah air.
Selain itu, kehadiran Museum Pers bukan hanya menjadi situs penting bagi kalangan pers saja.
Tapi harus menjadi ruang publik yang mengedukasi masyarakat serta memfasilitasi bagi siapapun dalam mengekspresikan kebebasan.
“Aktifitas di dalam museum harus jadi perhatian. Sehingga museum bisa hidup dan berbicara. Museum memberi edukasi kepada publik, jadi wahana atau ruang yang memfasilitasi siapapun mengekspresikan.
Karena kebebasan berpendapat adalah milik masyarakat,” ujar Noe Firman.
“Museum pers harus jadi ruang egaliter bagi siapapun, menjamin siapapun berekspresi dalam bentuk apapun, bisa ditunjukan dengan atraktif namun tidak destruktif,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini ini dirinya juga menyampaikan, jangan sampai ide dan langkah untuk mendirikan Museum Pers terhenti hanya sampai di sini (Soft Launching).
Dengan dukungan semua pihak dirinya yakin pers di Jawa Barat bisa membuktikan untuk mewujudkan menjadi sebuah karya nyata.
“Ide sudah muncul dan diaktualisasikan, ini adalah berkah untuk kita semua, dan konsekuensi yang tidak mudah.
Jangan berhenti soft launching. Yang jelas kita bisa buktikan, ide ini bisa terwujudkan, manfaatkan peluang sekecil apapun dan dibutuhkam dukungan dari semua pihak,” tuturnya.
Sementara, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, menyambut baik terkait rencana PWI Jawa Barat mendirikan Museum Pers di Kota Bandung.
Respon positif dan dukungan disampaikan oleh Sekretaris Disparbud Jabar, Ani Widiani saat menjadi salah satu narasumber di Seminar dan Soft Launching, Museum Pers Jawa Barat.
Menurutnya, rencana PWI Jabar mendirikan museum pers di Kota Bandung selain menambah deretan museum yang ada di Jawa Barat, juga bisa dijadikan sebagai daya tarik unggulan dunia pariwisata Jabar.
Namun, sambung Ani Widiani, untuk mencapai objek unggulan dan menjadi daya tarik pariwisata, dibutuhkan pengelolaan dengan serius untuk menambah daya tarik wisatawan yang berlibur di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung.
Dukungan dan masukan juga disampaikan oleh Pakar Museum, Agit Maulana Gintara.
Pada kesempatan ini, dirinya menilai hal terpenting yang harus diperhatikan oleh penggagas dalam mendirikan Museum Pers harus memastikan konsep dan materi yang akan ditampilkan bisa inline dengan kebutuhan masyarakat umum saat ini.
Karena menurutnya, penggagas dan pengelola museum harus menyadari perubahan paradigma dari sebuah bangunan museum. Paradigma masa lalu, museum dibangun berdasarkan dan tujuan untuk menunjukan legitimasi pencapaian pribadi atau privat oriented.
Namun paradigma Museum saat ini sudah berubah, pengelola museum harus bisa menangkap kebutuhan dan keinginan publik atau masyarakat secara luas. Baik konten maupun materi atau benda yang akan ditampilkan dalam sebuah museum.
“Jadi paradigma Museum hari ini sudah berubah menjadi _public oriented_ bukan _privat oriented_ lagi. Harus bisa menampilkan alasan kenapa masyarakat memerlukan museum pers?,” ungkapnya.
Namun dirinya juga meyakini, dengan kekayaan sejarah dan catatan peristiwa serta pergerakan pers di Jawa Barat saat masa pra dan pasca kemerdekaan menjadi nilai atau daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk menjelajahi bagaimana peran pers dan nilai-nilai yang dibawa dalam mengawal kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelum sampai pada tahapan dan tujuan yang ideal tersebut, ada tahapan-tahapan yang harus dilewati dan diperhatikan oleh pihak penggagas dan pengelola museum.
Mulai dari tahapan teknis bangunan museum, konsep story line, kurasi benda hingga konten yang berkelanjutan.
Sementara dalam kesempatan itu, Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS) Januar P Ruswita mengharapkan kehadiran Museum Pers melibatkan banyak insan atau lembaga pers lainnya.
Pasalnya menurut Januar P Ruswita banyak koleksi atau peninggalan pers yang hari ini dimiliki perusahaan pers atau bahkan keluarga tokoh pers.
“Tentu saja ke depan dalam menghimpun atau pengayaan koleksi pers harus banyak berkolaborasi dengan semua pihak khususnya insan ataupun lembaga pers. Terlebih diharap dapat membangun komunikasi dan kerjasama dengan perusahaan pers atau organisasi profesi sebagai anggota konstituen dewan pers,” tuturnya.
Terkait konsep dan tata pamer museum, Dudi Sugandi, sebagai jurnalis foto senior memaparkan ide dan gambaran museum pers yang akan dibangun oleh PWI Jawa Barat.
Menurutnya, tata letak dan konten yang akan ditampilkan dalam museum pers harus menarik bagi semua kalangan masyarakat.
Salah satu yang bisa menjadi hal menarik ditampilkan dalam museum pers adalah, bagaimana menggambarkan aktivitas dan produk pers di masa depan.
Jadi pengunjung museum tidak hanya melihat benda-benda peninggalan sejarah tapi juga mendapatkan pengetahuan perkembangan dunia pers masa kini, ujarnya.
Komentar